Dalam lembar
catatan sejarah, warga pulau Simeulue sudah mengenal tsunami sejak beberapa
abad silam. Seperti halnya cerita tentang smong (gelombang besar) yang terjadi
di tahun 1904.
Melalui cerita
turun temurun disampaikan dalam bentuk senandung syair-syair. Lazim disebut
Nandong kesenian ini telah mampu meminimalisir jatuhnya korban ketika bencana
besar tsunami menghantam.
Nandong pada
masyarakat Simeulue adalah media mengungkapkan perasaan. Termasuk dalam seni
tutur yang telah lama mengakar dalam kebudayaan Simeulue. Kesenian ini adalah
salah satu kesenian yang sangat populer di kalangan masyarakat setempat.
Source:http://exploresimeulue.com |
Nandong dimainkan
oleh dua orang atau lebih diiringi pukulan gendang yang ditabuh di sela-sela
bait-bait syair dilantunkan. Dalam seni Nandong, syair yang dilantunkan punya
kekhasan tersendiri. Menyampaikan pesan-pesan yang edukatif, syair yang
dipergunakan juga bertingkat dan berlapis.
Biasanya sebelum
Nandong dimulai, ia terlebih dahulu diawali dengan Seuramo Gendang. Kemudian
kesenian Nandong berturut-turut masuk pada tingkatan syair pantun, serak,
samba, rantau, kasih, dan izin.
Musik nandong
umumnya bernada lirih, dan para penyanyinya bersuara menjerit meratap-ratap.
Suara vokalis Nandong mengingatkan pada musik beluk di Sunda. Yang juga
dinyanyikan dengan suara melengking seperti hendak merobek perut langit agar
segera menumpahkan berkah.
Menurut sumber
perpecaya, asal kata Nandong dari nanga-nanga. Nandong dan nanga-nanga adalah
seperti sebuah hati yang terbagi dua.
Smong dumek-dumek
mo” (tsunami itu air mandimu)
Linon uwak-uwak
mo” (Gempa ayunanmu)
Elaik
Keudang-keudang mo” (Petir kendang-kendangmu)
Kilek suluh-suluh
mo” (Halilintar lampu-lampumu)
Itulah bait syair
kisah smong atau tsunami ini, dilantunkan Menggunakan biola, dengan mata
tertutup rapat dan penuh penghayatan, seni bertutur dilantunkan bak pantun nan
indah.
Melalui nandong
itu, masyarakat menjadi paham dan ingat, ketika smong datang pada 2004, korban
jiwa sebanyak enam orang. Selebihnya, selamat karena lari ke gunung.
Comments
Post a Comment