Sejarah aceh menjadikan daerah ini sebagai daerah tujuan wisatawan baik mancanegara maupun nusantara. Daerah yang memiliki lakab serambi mekkah ini terdapat rumah adat yang begitu unik.
Rumah adat Aceh atau yang biasa disebut Rumoh Aceh oleh
masyarakat Aceh adalah rumah adat dari suku Aceh. Rumah ini bertipe rumah
panggung dengan 3 bagian utama dan 1 bagian tambahan.
Tiga bagian utama dari
rumah Aceh yaitu seuramoë keuë (serambi depan), seuramoë teungoh (serambi
tengah) dan seuramoë likôt (serambi belakang). Sedangkan 1 bagian tambahannya
yaitu rumoh dapu (rumah dapur). Atap rumah berfungsi sebagai tempat penyimpanan
pusaka keluarga.
Sejarah Rumah Aceh
Kepercayaan Individu maupun masyarakat aceh dan kondisi alam
di mana individu atau masyarakat hidup mempunyai pengaruh signifikan terhadap
bentuk arsitektur bangunan, rumah, yang dibuat. Hal ini dapat dilihat pada
arsitektur Rumoh Aceh, Provinsi Daerah Istimewa Aceh,Indonesia.
Rumoh Aceh
merupakan rumah panggung dengan tinggi tiang antara 2,50-3meter, terdiri dari
tiga atau lima ruang, dengan satu ruang utama yang dinamakan rambat.Rumoh
dengan tiga ruang memiliki 16 tiang, sedangkan Rumoh dengan lima ruang memiliki
24 tiang.
Modifikasi dari tiga ke lima ruang atau sebaliknya bisa dilakukan
dengan mudah,tinggal menambah atau menghilangkan bagian yang ada di sisi kiri
atau kanan rumah.
Bagian ini biasa disebut sramoe likot atau serambi belakang
dan sramoe reunyeun atau serambi bertangga, yaitu tempat masuk ke Rumoh yang
selalu berada di sebelah timur.
Pintu utama Rumoh Aceh tingginya selalu lebih rendah dari
ketinggian orang dewasa. Biasanya ketinggian pintu ini hanya berukuran 120-150
cm sehingga setiap orang yang masuk ke Rumoh Aceh harus menunduk.
Namun, begitu
masuk, kita akan merasakan ruangyang sangat lapang karena di dalam rumah tak
ada perabot berupa kursi atau meja. Semua orang duduk bersila di atas tikar ngom
(dari bahan sejenis ilalang yang tumbuh di rawa) yang dilapisi tikar pandan.
Pengaruh keyakinan masyarakat Aceh terhadap arsitektur bangunan rumahnya dapat
dilihat pada orientasi rumah yang selalu berbentuk memanjang dari timur ke
barat, yaitu bagiandepan menghadap ke timur dan sisi dalam atau belakang yang
sakral berada di barat.
Rumoh Aceh bukan sekadar tempat hunian, tetapi merupakan
ekspresi keyakinan terhadapTuhan dan adaptasi terhadap alam. Oleh karena itu,
melalui Rumoh Aceh kita dapat melihat budaya, pola hidup, dan nilai-nilai yang
diyakini oleh masyarakat Aceh.
Adaptasi masyarakat Aceh terhadap lingkungannya
dapat dilihat dari bentuk Rumoh Aceh yang berbentuk panggung, tiang penyangganya ang terbuat dari
kayu pilihan, dindingnya dari papan, danatapnya dari rumbia. Pemanfaatan alam
juga dapat dilihat ketika mereka hendak menggabungkan bagian-bagian rumah,
mereka tidak menggunakan paku tetapi menggunakan pasak atau tali pengikat dari
rotan. Walaupun hanya terbuat dari kayu, beratap daun rumbia,dan tidak
menggunakan paku, Rumoh Aceh bisa bertahan hingga 200 tahun.
Fungsi Rumoh Aceh
Selain memiliki fungsi sebagai identitas budaya, rumah Krong
Bade juga memiliki fungsi praktis yaitu sebagai rumah tinggal masyarakat Aceh.
Untuk menunjang fungsi praktisnya tersebut, rumah adat Aceh ini dibagi menjadi
beberapa ruangan dengan kegunaannya masing-masing, yaitu:
Ruang Depan atau biasa disebut seuramoë keuë. Ruangan ini
berfungsi sebagai ruang santai dan tempat berisirahat bagi seluruh anggota
keluarga. Ruangan ini juga digunakan sebagai tempat menerima tamu.
Ruang Tengah atau biasa disebut seuramoë teungoh. Ruangan
ini adalah ruang inti dari sebuah rumah adat Aceh (ruang inong) dan di tandai
dengan lantai yang lebih tinggi dari ruang depan. Karena termasuk ruang inti,
maka ruangan ini termasuk sangat privat. Para tamu yang datang tidak akan pernah
diijinkan untuk memasukinya.
Fungsi dari kamar-kamar yang terdapat di ruang
tengah ini antara lain sebagai tempat tidur kepala keluarga, kamar anak,
ruangan kamar pengantin, serta sebagai ruang pemandian mayat ketika ada anggota
keluarga yang meninggal dunia.
Ruang Belakang atau biasa disebut sebagai seurameo likot.
Ruangan ini adalah ruangan yang berfungsi sebagai tempat makan, dapur, dan
tempat bercengkrama bagi sesama anggota keluarga. Lantai ruangan ini biasanya
lebih rendah dibanding lantai rangan tengah. Sama seperti ruang depan, ruang
belakang juga tidak memiliki kamar-kamar.
Ruang bawah Rumah Krong Bade digunakan untuk menyimpan
barang-barang pemilik rumah seperti padi atau hasil panen lainnya. Dapat
dikatakan bahwa ruang bawah berfungsi sebagai gudang. Ruang bawah juga dipakai
untuk menaruh alat penumbuk padi.
Selain itu, ruang bawah juga pusat aktivitas
bagi kaum perempuan yaitu membuat kain khas Aceh dan sebagai tempat menjual
kain tersebut.
Comments
Post a Comment